Senin, 01 Maret 2010

Writing Tips: Baca! Baca! Baca!

Memang serial writing sudah selesai. Tapi, gue akan tetap menambahkan ilmu di sana-sini lewat writing tips. Mudah-mudahan akan useful.

Hari Sabtu lalu, 27 Februari 2010, gue jadi peserta workshop penulisan di Kompas Gramedia Fair. Ada 3 pembicara yang bagi-bagi ilmu di hari itu: Andrei Aksana, Clara Ng--my local favorite!, dan Sitta Karina. Waktu menunggu Clara Ng muncul, gue deg-degan kayak mau ketemu pacar. Tapi, itu cuma intermezzo. Gue nggak akan cerita panjang lebar soal perasaan gue bertemu muka dengan Clara di sini.

Di workshop itu, gue menemukan bahwa semua pengarang memang punya cara dan gaya sendiri, tapi garis besarnya nggak jauh beda. Banyak ilmu yang mereka bagi di sana, ternyata kurang lebih sama dengan apa yang pernah gue tulis di serial writing. Tapi, memang, tulisan gue di blog ini masih sangat dangkal. Rekomendasi gue: beli buku Be A Writer, Be A Celebrity-nya Andrei Aksana. Buku itu akan jadi aset yang berharga.

Be A Writer, Be A Celebrity yang ada di tangan gue sekarang adalah salah satu isi paket workshop yang gue terima, jadi gue nggak tahu berapa harganya kalau lo beli di toko buku. Meskipun non-fiksi, buku itu nggak berat. Berasa kayak baca majalah. Bukunya kecil, persergi, tipis, dan halamannya penuh warna. Isinya bagus banget: step by step general tutorial yang berguna banget buat siapa pun yang punya niat serius untuk jadi penulis.
Buku lain yang juga perlu dimiliki semua orang yang pengen jadi pengarang adalah kamus. Kamus adalah investasi seorang pengarang, menurut gue. Gue sendiri, sejak kuliah, udah ngidam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang kebetulan gue temukan terbuka di atas sebuah podium di tengah-tengah lantai 3 perpustakaan kampus. Dalam penglihatan gue, kamus itu seperti dikelilingi cahaya dari langit. Persis adegan pembukaan Mr. Bean. Hehehe... Terakhir gue lihat di toko buku, KBBI terbitan terbaru--gue lupa edisi keberapa--harganya lebih dari 300rb. Lumayan banget! Tapi, gue nemu KBBI edisi kedua cetakan tahun 1991 di toko buku bekas langganan. Gue bawa pulang setelah bayar 80rb. Kamus itu jadi harta karun gue sekarang. Gue juga punya kamus bahasa baku. Gue lupa harganya, tapi buku itu gue beli di toko buku besar di mal di samping kampus gue.

Kenapa harus punya kamus?

Buku yang baik adalah buku yang bisa diterima berbagai kalangan. That's why, meskipun menulis teenlit yang ceritanya ringan, gue sarankan, pakailah bahasa yang baku. Ringan, nggak pa-pa. Tapi, baku. Gue berpikir, buku gue mungkin dibeli seseorang yang tinggal di daerah pinggiran di luar pulau Jawa. Kemungkinannya, mereka masih pake bahasa daerah dan nggak begitu paham bahasa Jakarta sekarang ini. Jadi, bahasa baku memudahkan pengarang untuk menyampaikan isi kepalanya ke pembaca yang berasal dari berbagai kalangan.

Intinya, tips gue kali ini adalah, seperti yang gue tulis di serial writing juga, banyaklah membaca. Baca buku Be A Writer, Be A Celebrity-nya Andrei Aksana (Mas Andrei, aku udah promosiin bukumu, ngopi-ngopinya dikau yang bayarin, ya? hehehehe...), dan lakukan saran-sarannya. Banyaklah membaca buku lokal untuk memperkaya perbendaharaan kata lo, dan pakai kamus buat acuannya.

That's it for now. See you soon!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar