Hai! Setelah lama nggak menulisi blog ini, gue kembali. Hohoho...
Topik yang akan gue bahas kali ini adalah nama pena. Tentunya, kalian semua menduga--kalau tidak meyakini--bahwa gue tidak dilahirkan dengan nama Ima Marsczha. Orangtua gue nggak sekreatif itu.
Nama lahir gue cukup--kalau bukan sangat--panjang. Terdiri dari 4 kata, tidak termasuk nama marga. Oh, yeah... Gue punya darah Batak. Sewaktu ditelpon oleh penerbit dengan kabar gembira bahwa naskah gue akan diterbitkan sebagai novel, gue juga dikasih tahu bahwa penerbit tidak mungkin menuliskan nama lahir gue di sampul novel. Sederhana, nama itu terlalu panjang. Mereka minta gue memotong sendiri nama itu atau mencari nama lain untuk dijadikan nama pena. Atau, mereka akan memberi gue nama pena.
Jadi, kenapa Ima Marsczha? Ima itu nama panggilan gue di rumah. Dan, sempat terpikir untuk pakai kata Dewi yang memang adalah kata kedua di nama lahir gue, sekaligus sebagai penghargaan kepada nyokap gue yang bernama Dewi. Tapi, seperti yang kalian sudah tahu, sudah banyak sekali orang yang bernama Dewi. Dewi Sandra, Dewi Gita, Ayu Dewi, Sandra Dewi. And I don't like to be common. Jadi, gue menengok kembali ke nama lahir gue.
Marsczha gue ambil dari kata terakhir di nama lahir gue. Sebenernya, gue cuma ambil 5 huru pertama dari kata yang punya 10 huru itu: Marsa. Setelah itu, gue mencoba untuk membuat email address dengan nama itu. Tapi, ternyata ID itu udah taken. Akhirnya, gue tambahin satu huru jadi Marsha, tapi taken juga. Gue tambahin lagi jadi Marscha, taken juga. Tapi, gue berhasil mendapatkan marsczha@yahoo.com. Jadilah, nama itu yang gue kirim ke penerbit.
Sebetulnya, nggak ada aturan yang mengharuskan pemakaian nama pena. Gue sendiri memakai nama pena atas anjuran penerbit karena nama gue yang terlalu panjang itu. Selain itu, keuntungannya adalah kita bisa tetap punya privasi dalam banyak hal dimana kita mencantumkan nama lahir kita, misalnya rekening bank dan paspor.
Meskipun nggak harus punya, tapi memilih nama pena sangat seru, terutama buat gue. Seperti yang kalian tahu, nama lahir kan pemberian orangtua. Dan, seiring dengan kita menjadi dewasa, kita pasti membentuk kepribadian yang berbeda dengan kita saat dilahirkan. Nah, nama pena bisa disesuaikan dengan kepribadian dewasa kita. Jadinya, sewaktu mencari nama, kita juga sekalian sambil mencari jati diri. Yah... Gue bingung dengan penjelasan barusan. Tapi, mudah-mudahan kalian enggak.
Nah, begitulah bahasan gue kali ini. Ketemu lagi di topik baru nanti, ya?